Friday, March 27, 2015

ANALISIS MANAJEMEN KRISIS KASUS CELEBRITY BIG BROTHER 2007


Saya penasaran mengenai program Celebrity Big Brother yang ditayangkan oleh Channel 4 tersebut. Akhirnya saya browsing, dan mendapatkan jawaban bahwa Celebrity Big Brother merupakan sebuah reality show yang mengadaptasi program serupa bernama Big Brother di Belanda. Program ini dibentuk oleh produser John de Mol pada tahun 1997 dan ditayangkan di Channel 4. Program ini diikuti oleh beberapa kontestan selebriti, yang dikenal dengan sebutan housemates, yang dikarantina dari dunia luar dalam waktu yang telah ditentukan dan tinggal bersama dalam sebuah rumah. Setiap minggu, satu dari housemates dieliminasi dengan menggunakan vote dari public, housemates terakhir yang bertahan akan mendapatkan hadiah yang mana nantinya akan didonasikan ke lembaga sesuai pilihan mereka. 

Celebrity Big Brother tayang premier pada tahun 2001. Melihat kesuksesan program tersebut, produser setuju untuk melanjutkan, namun baru tayang pada tahun 2005-2006. Pada tahun 2007 terjadi kontroversi atas program ini, yakni dengan adanya perlakuan rasis yang diterima oleh Shilpa Shetty dari rekan housemates-nya. Tahun berikutnya program ini tidak tayang, namun kemudian tayang kembali pada tahun 2009-2010. Setelah itu, Channel 4 tidak lagi menayangkan program tersebut, hingga kemudian program ini ditarik oleh Channel 5 dan ditayangkan kembali pada tahun 2011 (diolah dari berbagai sumber).



Jenis isu yang terdapat pada kasus Celebrity Big Brother ini termasuk dalam isu universal. Menurut Kriyantono (2012, h. 158) isu universal memengaruhi banyak orang secara langsung, bersifat umum, dan berpotensi memengaruhi secara personal. Saya menggolongkan ke dalam isu universal karena isu yang muncul adalah masalah rasisme, dimana rasisme itu sendiri merupakan masalah global yang sangat sensitif karena dapat dengan mudah memicu kemarahan public. Sedangkan untuk jenis krisisnya, kasus ini termasuk dalam krisis malevolence, yaitu ada seseorang atau sekelompok orang yang ingin menjatuhkan organisasi (Kriyantono, 2012, h. 177). Di sini pihak yang menjatuhkan organisasi adalah kontestan Big Brother yang entah sengaja atau tidak melontarkan kalimat yang berbau rasisme, sehingga posisi organisasi atau perusahaan sendiri menjadi terancam karena hal itu.

Kasus Celebrity Big Brother ini terjadi lantaran karena pelecehan yang menjurus kepada rasisme yang diterima oleh Shilpa Shetty. Penyebab dari kasus tersebut adalah karena tiga orang housemates dalam rumah itu memanggil dia “orang India” karena sulit menyebutkan namanya. Keesokan harinya setelah episode tersebut tayang, Ofcom menerima 200 komplain atas rasisme tersebut. Namun Channel 4 tidak menggubris, karena jumlah penonton yang complain hanya 200 dari 8,2 juta penonton lainnya. Channel 4 mengatakan hal tersebut hanyalah “persaingan antar wanita”. Jumlah complain melonjak ketika Labour MP Keith Vaz, mengontak Channel 4 dan berkata bahwa perlakuan rasis itu tidak bisa diterima. Hal ini menarik perhatian dari kubu politik, perdana menteri Tony Blair setuju dengan perkataan Keith Vaz, selain itu sekretaris bidang kebudayaan, Tessa Jowell juga tidak setuju jika rasisme ditayangkan dalam sebuah acara entertainment.

Jika digambarkan dalam bagan, issue life cycle dari kasus ini nampak sebagai berikut.
 Gambar 1. Tahapan Isu (Regester & Larkin, dalam Kriyantono, 2012, h. 163)
 
Kasus tersebut mulai berkembang setelah Keith Vaz mengontak pihak Channel 4 dan komplain melonjak menjadi 8000 penonton. Ketika Gordon Brown melakukan kunjungan diplomatic ke India, insiden tersebut sudah menjalar menjadi masalah diplomatis bagi pemerintah Inggris. Hal tersebut disampaikan oleh Menlu India bahwa kontroversi tersebut memunculkan “public outrage”. Pada tahap ini, kasus sudah termasuk dalam tahap krisis. Public yang marah membakar gambar dari produser Channel 4 tersebut.

Perusahaan tidak merespon krisis dengan cepat. Hal ini ditandai dengan sepanjang peningkatan jumlah complai, Channel 4 masih saja menyangkal bahwa insiden tersebut bukan bentuk rasis, itu hanya masalah perbedaan budaya antar kontestan. Produser acara tersebut, Endemol, juga menampik tuduhan rasisme tersebut. Dalam tiga hari pernyataan tersebut malah menuai complain lebih banyak lagi, yakni hampir mencapai 20.000.

Perusahaan juga tidak melakukan tindakan yang memenuhi harapan public. Malahan ketua Channel 4, Luke Johnson, berdandan tidak formal ketika diundang dalam acara BBC Today. Ia juga menolak beberapa undangan penting yang mana undangan tersebut penting dihadiri jika ia mau mempertahankan program acara Big Brother tersebut. Ia malah mempertahankan stakeholder dengan cara memberikan pernyataan formal dari perusahaan, padahal ia sendiri tidak memiliki kopiannya.

Di hari yang sama, Kepala Utama Channel 4, Andy Duncan, menghadiri press conference dengan dandanan kasual. Di situ ia juga hanya membaca pernyataan pers baris demi baris, seakan-akan ia takut off script. Hari itu ditutup dengan mundurnya sponsor utama program tersebut, yakni Carphone Warehouse, karena performa dari Channel 4 sendiri semakin dirasa ganjil, tidak sesuai dengan ekspektasi sponsor.

Perusahaan tidak memiliki prinsip untuk memprioritaskan kepentingan public. Sampai-sampai pers nasional memberikan pernyataan yang mencengangkan bagi Channel 4, karena mereka dituduh terlalu defensive atas nama profit. Daily Epress menjuluki C4 mempertahankan “cash cow”, sedangkan Sun menjuluki mereka “National Disgrace”. The Times juga mengatakan bahwa Channel 4 malah melegalkan bullying untuk meningkatkan rating, dan mendaptkan profit dari situ. 

Akhirnya Shilpa Shetty memenangkan program tersebut dengan hasil voting 63%. Kepandaiannya dalam berbicara dan memuji dapat sedikit menghilangkan ketegangan yang terjadi dengan Channel 4, yang mana akhirnya program Big Brother tersebut menjadi bahan penyelidikan bagi Ofcom.

Jika ditanya apakah perusahaan menerapkan prinsip worst-case/possible scenario, jawabannya adalah tidak. Bahkan menurut penyelidikan Ofcom pada 24 Mei 2007, Channel 4 melanggar code of conduct selama penayangan program acara Big Brother tersebut. Ada tiga masalah utama yang disorot oleh Ofcom, yakni:
1.      Ucapan menghina atas masakan India Shetty
2.      Salah seorang kontestan menyuruh Shetty untuk pulang saja dengan berkata ‘f*** off home’
3.      Salah satu kontestan menganggap Shetty sebagai ‘Shilpa Poppadom’

Sanksi secara UU dikenakan pada Channel 4, mereka diharuskan untuk membuat broadcast statement atas temuan dari Ofcom tersebut dalam tiga kesempatan berbeda setiap kali pada permulaan acara Big Brother seri berikutnya. Channel 4 dan produser BigBro meminta maaf dan menerima peraturan Ofcom tersebut. Ketua Luke Johnson juga menyatakan bahwa sanksi yang diberikan oleh Ofcom sudah sesuai porsinya, dan kesalahan yang mereka lakukan bukan disertai unsur kesengajaan dan mereka tidak bertindak sembrono. Channel 4 juga mengumumkan kepada public bahwa mereka akan melakukan:
1.    Menunjuk seorang viewers’ editor dan mencanangkan program respon cepat jika ada complain lagi dalam acara tersebut.
2.  Memperkenalkan kebijakan baru yang menyatakan bahwa acara tersebut akan menindak keras kontestan yang melakukan tindakan atau bahasa yang sifatnya offensive.
3.    Menunjuk senior officer untuk memonitor perilaku kontestan dan memberi masukan kepada produser dalam urusan apapun.

Keith Vaz menyuruh Andy Duncan untuk meminta maaf kepada Shilpa Shetty. Komisi kesetaraan rasial mengatakan bahwa hal tersebut akan memperbaiki seri Big Brother berikutnya dan memastikan bahwa perilaku tercela tersebut tidak akan terulang kembali. Channel 4 juga akhirnya bertindak keras, dengan segera memulangkan kontestan yang kedapatan berperilaku rasis.

Pada tanggal 14 Juni, Channel 4 memberitahu bahwa keadaan ekonomi mereka sedang jatuh hingga 70% pada tahun 2006, apalagi setelah adanya kontroversi tersebut. dan butuh support ectra dari public untuk meringankan beban mereka yakni berupa bebas pajak dan akses bebas kepada digital broadcasting, namun keinginan itu tidak dikabulkan oleh Ofcom, dengan pertimbangan channel tersebut ditakutkan tidak bisa memenuhi kebutuhan public kedepannya.

Pada akhirnya, Channel 4 tidak akan melanjutkan acara tersebut di tahun 2008. Ketua program, Jullian Bellamy, mengatakan masalah rasisme tersebut bukan menjadi alasan tidak adanya selebriti yang mau ikut dalam program Big Brother, namun keputusan dihentikannya program tersebut adalah unutk mencari program baru lain yang lebih menarik.

Insiden rasisme yang terjadi dalam acara Celebrity Big Brother tersebut secara tidak langsung telah menjadi katalisator terhadap antipasti public dan ketidakpercyaan mereka terhadap industry broadcasting UK. Sejak Big Brother, channel-channel televisi UK lainnya mulai mengalami beberpa kontroversi serupa, yakni: phone-in competition scandals across all channels; the BBC’s misrepresentation of the Queen; Channel 4 broadcasting photographs of Princess Diana’s last moments; and allegations from police that Channel 4 had ‘distorted’ a programme on Islamic fundamentalism. 

Pihak Channel 4 sendiri tidak memiliki rencana komunikasi krisis, bahkan dalam memanajemen krisis pun langkah yang mereka ambil tidak tepat. Mereka lebih mementingkan citra perusahaan serta profit karena mungkin mereka takut bangkrut jika tidak dapat profit dari acara tersebut. Padahal yang seharusnya dilakukan adalah memenuhi harapan public terlebih dahulu, citra akan mengikuti dengan sendirinya jika perusahaan telah melakukan upaya terbaiknya untuk memenuhi harapan public (Kriyantono, 2012).

Krisis ini pun sempat mengganggu hubungan diplomatic antara Inggris dan India. Seharusnya perusahaan harus bertindak cepat sejak dari munculnya isu pada di permulaan, bukan lantas membiarkannya berlarut-larut hingga menjadi kontroversi yang dapat mengganggu hubungan antar negara. Krisis meamng menyangkut kepentingan orang banyak, apalagi masalah sensitif seperti SARA, malah lebih potensial untuk dibawa ke ranah hukum. Pihak Channel 4 sendiri seharusnya segera meminta maaf atas insiden tersebut. Seharusnya mereka juga membuat tim crisis center untuk menangani hal ini dan memberikan statement-statement yang dapat memenuhi harapan public agar dapat meredam kemarahan public yang merasa dilecehkan. Upaya positif yang dilakukan Channel 4 terbilang terlambat, karena mereka baru membuat strategi manajemen krisis setelah mendapat teguran dari Ofcom. Jika mereka menerapkan hal itu dari awal, maka mungkin perusahaan mereka tidak akan bangkrut.

Sumber:

Kriyantono, R. (2012). Public Relations & Crisis Management. Jakarta: Prenada.
Regester, M. & Larkin, J. (2008). Risk Issues and Crisis Management in Public Relations. London & Philadelphia: Kogan Page.

 

No comments:

Post a Comment