Saya penasaran mengenai program Celebrity
Big Brother yang ditayangkan oleh Channel 4 tersebut. Akhirnya saya
browsing, dan mendapatkan jawaban bahwa Celebrity Big Brother merupakan sebuah
reality show yang mengadaptasi program serupa bernama Big Brother di Belanda.
Program ini dibentuk oleh produser John de Mol pada tahun 1997 dan ditayangkan
di Channel 4. Program ini diikuti oleh beberapa kontestan selebriti, yang
dikenal dengan sebutan housemates, yang dikarantina dari dunia luar dalam waktu
yang telah ditentukan dan tinggal bersama dalam sebuah rumah. Setiap minggu,
satu dari housemates dieliminasi dengan menggunakan vote dari public,
housemates terakhir yang bertahan akan mendapatkan hadiah yang mana nantinya
akan didonasikan ke lembaga sesuai pilihan mereka.
Celebrity Big Brother tayang
premier pada tahun 2001. Melihat kesuksesan program tersebut, produser setuju
untuk melanjutkan, namun baru tayang pada tahun 2005-2006. Pada tahun 2007
terjadi kontroversi atas program ini, yakni dengan adanya perlakuan rasis yang
diterima oleh Shilpa Shetty dari rekan housemates-nya. Tahun berikutnya program
ini tidak tayang, namun kemudian tayang kembali pada tahun 2009-2010. Setelah
itu, Channel 4 tidak lagi menayangkan program tersebut, hingga kemudian program
ini ditarik oleh Channel 5 dan ditayangkan kembali pada tahun 2011 (diolah dari
berbagai sumber).
Jenis isu yang terdapat pada
kasus Celebrity Big Brother ini termasuk dalam isu universal. Menurut Kriyantono
(2012, h. 158) isu universal memengaruhi banyak orang secara langsung, bersifat
umum, dan berpotensi memengaruhi secara personal. Saya menggolongkan ke dalam
isu universal karena isu yang muncul adalah masalah rasisme, dimana rasisme itu
sendiri merupakan masalah global yang sangat sensitif karena dapat dengan mudah
memicu kemarahan public. Sedangkan untuk jenis krisisnya, kasus ini termasuk
dalam krisis malevolence, yaitu ada seseorang atau sekelompok orang yang ingin
menjatuhkan organisasi (Kriyantono, 2012, h. 177). Di sini pihak yang
menjatuhkan organisasi adalah kontestan Big Brother yang entah sengaja atau
tidak melontarkan kalimat yang berbau rasisme, sehingga posisi organisasi atau
perusahaan sendiri menjadi terancam karena hal itu.
Kasus Celebrity Big Brother ini
terjadi lantaran karena pelecehan yang menjurus kepada rasisme yang diterima
oleh Shilpa Shetty. Penyebab dari kasus tersebut adalah karena tiga orang
housemates dalam rumah itu memanggil dia “orang India” karena sulit menyebutkan
namanya. Keesokan harinya setelah episode tersebut tayang, Ofcom menerima 200
komplain atas rasisme tersebut. Namun Channel 4 tidak menggubris, karena jumlah
penonton yang complain hanya 200 dari 8,2 juta penonton lainnya. Channel 4
mengatakan hal tersebut hanyalah “persaingan antar wanita”. Jumlah complain
melonjak ketika Labour MP Keith Vaz, mengontak Channel 4 dan berkata bahwa
perlakuan rasis itu tidak bisa diterima. Hal ini menarik perhatian dari kubu
politik, perdana menteri Tony Blair setuju dengan perkataan Keith Vaz, selain
itu sekretaris bidang kebudayaan, Tessa Jowell juga tidak setuju jika rasisme
ditayangkan dalam sebuah acara entertainment.
Jika digambarkan dalam bagan,
issue life cycle dari kasus ini nampak sebagai berikut.
Gambar 1. Tahapan Isu (Regester &
Larkin, dalam Kriyantono, 2012, h. 163)
Kasus tersebut mulai berkembang setelah
Keith Vaz mengontak pihak Channel 4 dan komplain melonjak menjadi 8000
penonton. Ketika Gordon Brown melakukan kunjungan diplomatic ke India, insiden
tersebut sudah menjalar menjadi masalah diplomatis bagi pemerintah Inggris. Hal
tersebut disampaikan oleh Menlu India bahwa kontroversi tersebut memunculkan
“public outrage”. Pada tahap ini, kasus sudah termasuk dalam tahap krisis.
Public yang marah membakar gambar dari produser Channel 4 tersebut.
Perusahaan tidak merespon krisis
dengan cepat. Hal ini ditandai dengan sepanjang peningkatan jumlah complai,
Channel 4 masih saja menyangkal bahwa insiden tersebut bukan bentuk rasis, itu
hanya masalah perbedaan budaya antar kontestan. Produser acara tersebut,
Endemol, juga menampik tuduhan rasisme tersebut. Dalam tiga hari pernyataan
tersebut malah menuai complain lebih banyak lagi, yakni hampir mencapai 20.000.
Perusahaan juga tidak melakukan
tindakan yang memenuhi harapan public. Malahan ketua Channel 4, Luke Johnson,
berdandan tidak formal ketika diundang dalam acara BBC Today. Ia juga menolak
beberapa undangan penting yang mana undangan tersebut penting dihadiri jika ia
mau mempertahankan program acara Big Brother tersebut. Ia malah mempertahankan
stakeholder dengan cara memberikan pernyataan formal dari perusahaan, padahal
ia sendiri tidak memiliki kopiannya.
Di hari yang sama, Kepala Utama
Channel 4, Andy Duncan, menghadiri press conference dengan dandanan kasual. Di
situ ia juga hanya membaca pernyataan pers baris demi baris, seakan-akan ia
takut off script. Hari itu ditutup
dengan mundurnya sponsor utama program tersebut, yakni Carphone Warehouse,
karena performa dari Channel 4 sendiri semakin dirasa ganjil, tidak sesuai
dengan ekspektasi sponsor.
Perusahaan tidak memiliki
prinsip untuk memprioritaskan kepentingan public. Sampai-sampai pers nasional
memberikan pernyataan yang mencengangkan bagi Channel 4, karena mereka dituduh
terlalu defensive atas nama profit. Daily Epress menjuluki C4 mempertahankan
“cash cow”, sedangkan Sun menjuluki mereka “National Disgrace”. The Times juga
mengatakan bahwa Channel 4 malah melegalkan bullying
untuk meningkatkan rating, dan mendaptkan profit dari situ.
Akhirnya Shilpa Shetty
memenangkan program tersebut dengan hasil voting 63%. Kepandaiannya dalam
berbicara dan memuji dapat sedikit menghilangkan ketegangan yang terjadi dengan
Channel 4, yang mana akhirnya program Big Brother tersebut menjadi bahan
penyelidikan bagi Ofcom.
Jika ditanya apakah perusahaan
menerapkan prinsip worst-case/possible scenario, jawabannya adalah tidak.
Bahkan menurut penyelidikan Ofcom pada 24 Mei 2007, Channel 4 melanggar code of conduct selama penayangan
program acara Big Brother tersebut. Ada tiga masalah utama yang disorot oleh
Ofcom, yakni:
1. Ucapan
menghina atas masakan India Shetty
2. Salah
seorang kontestan menyuruh Shetty untuk pulang saja dengan berkata ‘f*** off
home’
3. Salah
satu kontestan menganggap Shetty sebagai ‘Shilpa Poppadom’
Sanksi secara UU dikenakan pada
Channel 4, mereka diharuskan untuk membuat broadcast statement atas temuan dari
Ofcom tersebut dalam tiga kesempatan berbeda setiap kali pada permulaan acara
Big Brother seri berikutnya. Channel 4 dan produser BigBro meminta maaf dan
menerima peraturan Ofcom tersebut. Ketua Luke Johnson juga menyatakan bahwa
sanksi yang diberikan oleh Ofcom sudah sesuai porsinya, dan kesalahan yang
mereka lakukan bukan disertai unsur kesengajaan dan mereka tidak bertindak
sembrono. Channel 4 juga mengumumkan kepada public bahwa mereka akan melakukan:
1. Menunjuk
seorang viewers’ editor dan mencanangkan program respon cepat jika ada complain
lagi dalam acara tersebut.
2. Memperkenalkan
kebijakan baru yang menyatakan bahwa acara tersebut akan menindak keras
kontestan yang melakukan tindakan atau bahasa yang sifatnya offensive.
3. Menunjuk
senior officer untuk memonitor perilaku kontestan dan memberi masukan kepada
produser dalam urusan apapun.
Keith Vaz menyuruh Andy Duncan
untuk meminta maaf kepada Shilpa Shetty. Komisi kesetaraan rasial mengatakan
bahwa hal tersebut akan memperbaiki seri Big Brother berikutnya dan memastikan
bahwa perilaku tercela tersebut tidak akan terulang kembali. Channel 4 juga
akhirnya bertindak keras, dengan segera memulangkan kontestan yang kedapatan
berperilaku rasis.
Pada tanggal 14 Juni, Channel 4
memberitahu bahwa keadaan ekonomi mereka sedang jatuh hingga 70% pada tahun
2006, apalagi setelah adanya kontroversi tersebut. dan butuh support ectra dari
public untuk meringankan beban mereka yakni berupa bebas pajak dan akses bebas
kepada digital broadcasting, namun keinginan itu tidak dikabulkan oleh Ofcom,
dengan pertimbangan channel tersebut ditakutkan tidak bisa memenuhi kebutuhan
public kedepannya.
Pada akhirnya, Channel 4 tidak
akan melanjutkan acara tersebut di tahun 2008. Ketua program, Jullian Bellamy,
mengatakan masalah rasisme tersebut bukan menjadi alasan tidak adanya selebriti
yang mau ikut dalam program Big Brother, namun keputusan dihentikannya program
tersebut adalah unutk mencari program baru lain yang lebih menarik.
Insiden rasisme yang terjadi
dalam acara Celebrity Big Brother tersebut secara tidak langsung telah menjadi
katalisator terhadap antipasti public dan ketidakpercyaan mereka terhadap
industry broadcasting UK. Sejak Big Brother, channel-channel televisi UK
lainnya mulai mengalami beberpa kontroversi serupa, yakni: phone-in competition
scandals across all channels; the BBC’s misrepresentation of the Queen; Channel
4 broadcasting photographs of Princess Diana’s last moments; and allegations
from police that Channel 4 had ‘distorted’ a programme on Islamic fundamentalism.
Pihak Channel 4 sendiri tidak
memiliki rencana komunikasi krisis, bahkan dalam memanajemen krisis pun langkah
yang mereka ambil tidak tepat. Mereka lebih mementingkan citra perusahaan serta
profit karena mungkin mereka takut bangkrut jika tidak dapat profit dari acara
tersebut. Padahal yang seharusnya dilakukan adalah memenuhi harapan public
terlebih dahulu, citra akan mengikuti dengan sendirinya jika perusahaan telah
melakukan upaya terbaiknya untuk memenuhi harapan public (Kriyantono, 2012).
Krisis ini pun sempat mengganggu
hubungan diplomatic antara Inggris dan India. Seharusnya perusahaan harus
bertindak cepat sejak dari munculnya isu pada di permulaan, bukan lantas
membiarkannya berlarut-larut hingga menjadi kontroversi yang dapat mengganggu
hubungan antar negara. Krisis meamng menyangkut kepentingan orang banyak,
apalagi masalah sensitif seperti SARA, malah lebih potensial untuk dibawa ke
ranah hukum. Pihak Channel 4 sendiri seharusnya segera meminta maaf atas
insiden tersebut. Seharusnya mereka juga membuat tim crisis center untuk
menangani hal ini dan memberikan statement-statement yang dapat memenuhi
harapan public agar dapat meredam kemarahan public yang merasa dilecehkan.
Upaya positif yang dilakukan Channel 4 terbilang terlambat, karena mereka baru
membuat strategi manajemen krisis setelah mendapat teguran dari Ofcom. Jika
mereka menerapkan hal itu dari awal, maka mungkin perusahaan mereka tidak akan
bangkrut.
Sumber:
Kriyantono, R. (2012). Public Relations & Crisis Management. Jakarta: Prenada.
Regester, M. & Larkin, J. (2008). Risk Issues and Crisis Management in Public Relations. London & Philadelphia: Kogan Page.
No comments:
Post a Comment